Bagaimana tidak romantis kisah cinta dua anak manusia yang sama-sama mulia dan memiliki kedudukan tinggi di mata Allah ini, sungguh sangat mengesankan menyentuh hati dan mampu menjadi pelajaran berharga bagi setiap insan dalam membangun bahtera ruma tangga, dalam beberapa riwayat bahkan dikatakan kisah cinta keduanya bukan sekedar kisah cinta paling romantis saja namun juga sangat mulia dan terpuji.
Kisah cinta Sayyidina Ali dan Fatimah Az-Zahra berlandaskan pada iman dan keyakinan hanya pada Allah semata, meski keduanya saling mencintai satu sama lain dari jauh, hari sebelum keduanya menikah keduanya mampu menyimpan cinta dihati masing-masing hingga akhirnya mereka bisa saling mencurahkan cinta keduanya dalam ikatan halal pernikahan.
Sebelum dipersatukan dalam ikatan, perjuangan dan pengorbanan keduanya untuk sampai ke pernikahan tidaklah mudah, berkali-kali Syaidina Ali harus merasa kecewa dan berusaha ikhlas menerima kenyataan bahwa Fathimah telah dilamar pria lain yang jauh lebih sukses, jauh lebih berpengaruh dan jauh lebih dekat dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Hati Ali Bin Abi Thalib seketika hancur setelah mengetahui gadis pujaannya dilamar oleh seorang pria, terlebih lagi pria itu memiliki kedudukan tinggi di mata Allah dan juga di mata Rasulullah, pria tersebut tidak lain adalah Abu Bakar As-Siddiq, Abu Bakar telah memberanikan diri menghadap Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan mengutarakan niatnya untuk mempersunting Putri kesayangan Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam yaitu Fatimah az-zahra.
Tapi ternyata Fatimah menolak lamaran Abu Bakar, mendengar penolakan ini hati Ali Bin Abi Thalib sedikit tenang, wanita yang begitu ia cintai dan setiap hari ia sebut namanya dalam doa untuk diberikan keridhaan Allah atas dirinya tidak menjadi milik orang lain, tapi sayang ketenangan dan keceriaan di hati Ali kembali sirna.
Hatinya kembali hancur ketika mendengar kabar bahwa sahabatnya seseorang yang juga memiliki kedudukan tinggi di mata Allah dan Rasulullah, serta sangat gagah perkasa dan memiliki segalanya yakni Umar Bin Khattab, Umar langsung menghadap Rasulullah dan mengatakan bahwa ia akan meminang Fatimah, beruntung sekali lagi, takdir berpihak kepada Ali, lamaran Umar juga ditolak oleh Fatimah, hati Ali pun kembali menjadi lebih tenang namun disisi lain hatinya juga sangat gundah dan sedih.
Ali merenung jika kedua pria yang memiliki kedudukan tinggi di mata Allah dan Rasulullah saja ditolak lamarannya, bagaimana dengan dirinya yang hanya seorang pemuda miskin dan tak punya apa-apa, kondisi inilah yang membuat Ali menjadi pasrah. Ia hanya meminta kepada Allah agar diberikan yang terbaik kepadanya kalaupun memang Fatimah akan menjadi istrinya di dunia dan akhirat pastilah Allah akan memberikan jalan terbaik baginya.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan suatu hari Ali berbincang dengan Abu Bakar dan ia mengatakan selayaknya bait puisi, wahai Abu Bakar engkau telah membuat hatiku yang sebelumnya tenang menjadi goncang, engkau telah mengingatkanku akan sesuatu yang sudah aku lupakan, demi Allah aku menghendaki Fatimah tapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah karena aku tidak mempunyai apa-apa untuk memberanikan diri datang kepadanya.
Pernyataan dari Ali pun tersentuh, lantas Abu Bakar pun mengatakan wahai Ali janganlah engkau berkata demikian, bagi Allah dan Rasulnya dunia dan seisinya ini hanyalah ibarat debu-debu bertaburan belaka, mendengar nasehat Abu Bakar dan atas dukungan beberapa sahabat lain Ali pun lantas memberanikan diri menghadap Rasulullah dan mengutarakan isi hatinya.
Dengan perasaan ragu-ragu dan penuh harap Ali pun menghadap Rasulullah, ia mengutarakan niatnya untuk meminang Fatimah Az-Zahra, dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa wajah Rasulullah berseri-seri atas kedatangan Ali Bin Abi Thalib, beliau lantas mengatakan apakah engkau memiliki suatu bekal mas kawin?, dengan penuh ketulusan Ali pun menjawab demi Allah engkau sendiri mengetahui bagaimana keadaanku ya Rasulullah, tak ada sesuatu tentang diriku yang tak engkau ketahui aku tidak memiliki apa-apa selain sebuah baju besi, sembilan pedang dan Seekor unta.
Mendengar jawaban Ali Rasulullah pun tersenyum lantas mengatakan tentang pedangmu engkau tetap memerlukannya untuk meneruskan perjuangan di jalan Allah dan untamu tetap engkau memerlukannya untuk mengambil air bagi keluargamu, juga bagi dirimu sendiri, engkau tentunya memerlukannya untuk melakukan perjalanan jauh. Oleh karena itu aku hendak menikahkanmu dengan maskawin baju besi milikmu, aku bahagia menerima barang itu dari-mu wahai Ali.
Bergembira lah sebab Allahlah yang telah menikahkanmu di langit lebih dulu sebelum aku menikahkanmu di bumi, hadis riwayat Ummu Salamah, rasa syukur tak henti-hentinya diucapkan oleh Ali Bin Abi Thalib, ia akhirnya menikah dengan seorang gadis yang lama dicintainya dengan sangat tulus, pernikahan antara Ali dan Fatimah pun dilangsungkan.
Setelah menikah dengan Fatimah sesaat hati Ali kembali dibuat sedih setelah Fatimah mengatakan bahwa ia pernah mencintai seorang pemuda sebelum menikah. Tapi selama ini ia menyimpan rapat cinta tersebut dan hanya ia dan juga Allah yang tahu, bahkan dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa cinta Fatimah untuk seorang pemuda ini tidak diketahui oleh jin ataupun setan sekalipun, namun kesedihan tersebut tak berlangsung lama dan Ali pun kembali merasa sangat bahagia luar biasa ketika Fatimah menjelaskan lebih dalam bahwa seorang pemuda yang ia cintai sebelum ia menikah sekarang ada dihadapannya.
Ia adalah seorang pemuda yang mampu membuat detak jantung Fatimah berdetak semakin cepat setiap kali ia berada di dekatnya. Ia adalah pemuda sederhana namun sangat mulia dan istimewa dihadapan Allah dan Rasulullah nya, juga semua umat muslim. Ia adalah seorang pemuda yang kini telah menjadi suaminya, ia adalah Ali Bin Abi Thalib.
Sayyidina Ali dan Sayyidah Tina Fatimah adalah pasangan suami istri yang begitu saling mencintai dengan tulus, meski kehidupan rumah tangga mereka tidak berjalan mulus seperti apa yang ada dibayangan mereka, mereka tetap saling mendukung satu sama lain, itulah kisah cinta Sayyidina Ali dan Fatimah Az-Zahra.
Baca juga : Negara Muslim di Eropa (European Moslem Countries)
Semoga kisah cinta romantis keduanya bisa menjadi inspirasi bagi kita semua dan kitapun bisa mengambil setiap pelajaran berharga darinya, jodoh sudah menjadi kehendak Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bagi yang sudah dipertemukan jodohnya pastikan untuk selalu mencurahkan kasih sayang tulus satu sama lain, sementara untuk yang belum dipertemukan dengan jodohnya, Bersabarlah, pasti akan segera mempertemukan jodohnya, tugasnya sekarang adalah memantaskan diri karena sebenarnya jodoh adalah cerminan dari diri kita sendiri, Wallahualam Bissawab, mudah-mudahan ini semua bermanfaat, Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Komentar
Kunjungi juga https://wajibklikk.blogspot.com
Serak kuaci
keren pokoknya artikelnya.
sangat menginspirasi.
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan sopan, anda sopan kami segan