Langsung ke konten utama

Kisah Nyata Bruno Manser, Bule Yang Hilang Di Hutan Kalimantan Karena Lindungi Suku Dayak

Sebuah perjalanan dan petualangan hidup dari seorang aktivis lingkungan yang berakhir tragis. Setelah dinyatakan menghilang secara misterius di hutan Borneo karena memperjuangkan hutan dan kehidupan suku Dayak. Bruno Manser, nama ini mungkin jarang terdengar ditelinga kita namun siapa sangka nama Bruno Manser adalah nama yang paling dikenal di Kepulauan Borneo atau lebih tepatnya di Serawak.

Bruno Manser yang pernah memperjuangkan nasib sebuah suku pedalaman di Serawak, fakta menariknya Bruno Manser ini sendiri bukan orang asli yang berkewarganegaraan Malaysia melainkan dia adalah seorang aktivis yang berasal dari Switzerland, karena keberanian dan perjuangan hidup Bruno Manser untuk memperjuangkan nasib suku pribumi.

Bruno Manser sendiri lahir di Basel Switzerland pada tanggal 25 Agustus 1954, pada saat usia 19 tahun Bruno Master pernah dipenjarakan karena menolak wajib militer, yang diwajibkan kepada setiap remaja warga negara asing Switzerland, setelah dibebaskan dari masa tahanan Bruno memilih untuk bekerja sebagai penggembala hewan selama kurang lebih 10 tahun.

Dibalik pekerjaannya sebagai penggembala hewan, Bruno juga mulai menumbuhkan minat nya sebagai penghasil kerajinan tangan dan ilmu pengobatan terapi. Selain itu Bruno juga memiliki kebiasaan yaitu kerap melakukan pendakian gunung.

Pada usia tiga puluh tahun dia memilih untuk pergi ke Terengganu Malaysia dan tinggal bersama dengan warga sekitar di Terengganu, pada tahun 1984 ketika sedang mempelajari lebih dalam mengenai hutan yang ada di Malaysia Bruno diperkenalkan dengan sebuah suku nomaden atau yang lebih dikenal dengan sebutan penahan. Tak cukup sebatas mengenal Bruno pun menaruh minat yang sangat besar untuk dapat berjumpa secara langsung dengan orang-orang suku nomaden ini dan mau mengenali kehidupan mereka secara lebih dekat.

Pada tahun yang sama yaitu 1984 Bruno pun memutuskan untuk terbang ke Serawak dengan menggunakan Visa wisatawannya, setibanya di Serawak Bruno dengan berbekal beberapa pengalaman ekspedisi dan keyakinannya memulai usaha pertamanya untuk mengunjungi desa yang dihuni oleh suku penahan secara sendirian, namun sangat disayangkan usaha pertama nya ini gagal dikarenakan dia jatuh sakit karena memakan tumbuhan yang beracun.

Setelah sembuh dari sakit Bruno pun memulai kembali ekspedisinya dan usaha keduanya ini pun berhasil, Bruno Manser berhasil menemukan suku penahan yang berada di long seri dan yang terletak di sungai limbang, pada awal kedatangannya Bruno Manser mencoba mendekati kumpulan orang-orang suku penahan ini, namun kedatangannya justru tidak terlalu disukai oleh orang-orang suku tersebut hanya mengabaikannya begitu saja.

Setelah berminggu-minggu hidup bersama orang penahan secara perlahan orang penahan mulai menerima kehadiran Bruno, namun kehidupan Bruno Manser bersama orang-orang penahan ini tidaklah mudah dikarenakan orang penahan hidup bergantung dari hasil hutan, membuat Bruno Manser perlu belajar bagaimana caranya agar bisa hidup seperti orang penahan.

Tak sampai disitu keadaan pun menjadi semakin sulit karena Bruno Manser tidak memahami bahasa suku penahan dan begitu juga sebaliknya, namun setelah semakin lama tinggal bersama orang penahan Bruno Manser mulai merasa senang hidup bersama, bahkan diapun sudah mahir berburu, memancing dan memakai pakaian seperti yang digunakan oleh suku penahan.

Di kenal dengan kepribadian yang sangat baik hati, orang penahan pun mulai senang dengan kehadiran Bruno Manser, tak sampai disitu ketua suku penahan yaitu Along Vega juga sudah menganggap Bruno Manser seperti keluarganya sendiri.

Sepanjang hidup dengan suku penahan Bruno rajin menulis catatan dalam bukunya tentang apa saja yang dipelajarinya selama bersama orang-orang penahan. Sementara itu setelah berita tentang Bruno Manser hidup bersama orang penahan, diketahui banyak media yang mulai memberi gelar sebagai Tarzan orang putih dan memberitakannya kemana-mana.

Karena hal tersebut Bruno Manser banyak dikecam dan mengatakannya sebagai orang yang bodoh karena mau memilih hidup seperti orang penahan, ketika hidup dengan suku penahan, Bruno Manser mulai sadar bahwa sangat terganggu dengan aktivitas penebangan hutan yang dilakukan di hutan-hutan Serawak.

Aktivitas Penebangan pohon ilegal ini menyebabkan air sungai yang digunakan oleh penduduk sekitar menjadi tercemar, tidak sampai disitu jumlah hewan buruan suku penahan pun menurun akibat habitat yang habis dirusak, melihat hal itu seorang yang bernama Ngalong Segel yang merupakan orang asli penahan mulai mengajarkan orang-orang penahan bagaimana caranya untuk membuat penghalang jalan untuk menghalangi truk orang-rang yang akan melintas merusak hutan mereka.

Selain itu Bruno juga mulai mencari dan menyatukan suku-suku lain di hutan tersebut agar dapat bersama-sama mempertahankan hutan yang menjadi tempat tinggal mereka bernama, Bruno disini sudah dianggap seperti ketua yang mengatur strategi dan musyawarah antar suku-suku yang berlainan.

Tindakannya ini tentunya tidak disukai oleh beberapa pihak berkepentingan yang mengatur aktivitas penebangan hutan ilegal ini, sehingga dilakukan sayembara bagi siapa saja yang dapat menangkap Bruno akan diberikan hadiah ratusan ribu Ringgit Malaysia, dan ironisnya Bruno Manser ini tidak dapat tinggal lebih lama lagi di Malaysia karena Visa wisatawannya sudah berakhir dan jatuh tempo pada tahun 1983.

Keputusan berat untuk kembali ke tanah airnya pun terpaksa dibuat dikarenakan ada kabar tentang ibu dan bapaknya yang jatuh sakit, walaupun sudah pulang ke Switzerland perjuangan Bruno Manser untuk membantu suku penaha melawan aktivitas penebangan liar ini pun masih belum berakhir karena Bruno Manser hampir setiap tahun datang ke Serawak untuk memberikan bantuan kepada suku tersebut, dalam hal ini Bruno manser juga memiliki kebiasaan yaitu memasuki kawasan kawasan perbatasan negara secara diam-diam seperti Brunei dan Kalimantan di Indonesia.

Pada tanggal 17 Juli 1981 saat sedang terjadi Puncak G7 ke-17 Bruno Manser memanjat naik ke sebuah tiang tertinggi 30 kaki, setelah sampai di puncak Bruno Manser membuka spanduk yang berisikan pesan tentang keadaan hutan Serawak, tujuannya tidak lain hanyalah ingin membuka mata masyarakat untuk mengetahui nasib suku penahan yang dianaktirikan karena kerusakan hutan akibat penebangan liar yang dilakukan secara ilegal oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Kemudian pada tahun 1961 Bruno Manser mendirikan Bruno Manser Foundation sebuah lembaga yang dirancangkan untuk membantu memulihkan hutan-hutan penduduk pribumi yang ada di Serawak. Bruno Manser mengumpulkan dana bantuan ini dari rumahnya di Switzerland, selain mendapatkan perhatian dari banyak media, perjuangan itu juga menjadi masalah bagi ketua menteri Sarawak waktu itu.

Keadaan ini memaksa ketua menteri Sarawak waktu itu secara terbuka menyampaikan agar orang luar tidak ikut campur dalam hal-hal yang terjadi di Serawak. Bruno Manser juga pernah beberapa kali membuat tawaran untuk bekerja sama dengan pihak dalam negeri Serawak dalam memperjuangkan suku penahan, namun malangnya surat yang dikirimkan tidak pernah mendapatkan balasan.

Pernah tahun 1959 beliau secara diam-diam telah masuk ke Kota Kuching Malaysia, dan kehadirannya tidak disadari polisi karena telah mencukur kumis dan jenggotnya dan memakai baju yang rapi. Bruno Manser sendiri telah menyewa para penerjun payung untuk mendarat di rumah pemimpin Malaysia dan memberikan sebuah kambing mainan sebagai tawaran perdamaian.

Akibat tindakannya ini Bruno dipenjarakan dan dikembalikan ke kampung halamannya di Switzerland walau bagaimana pun tindakannya ini membuat perhatian yang menarik dari berbagai pihak seluruh TV ternama seperti National Geographic yang mulai membuat liputan. Bruno Manser sadar bahwa perjuangannya semakin melemah apabila suku penahan terpaksa menjual tanah mereka kepada pihak penebang pohon dan pembukaan lahan karena masalah keuangan.

Pada tahun 2010 Bruno mencoba untuk masuk ke Serawak melalui Kalimantan, tidak ada yang menyangka bahwa inilah terakhir kali Bruno Manser memasuki Serawak, sebelum hilang secara misterius pada Februari tahun 2010. Bruno Manser Foundation dan sekumpulan orang penahan berusaha mencari Bruno, namun tidak ada yang menemuinya.

Baca juga : Kisah Mualaf Putra Sulung BOS FERRARI dan Juventus Edoardo Agnelli

Ada kemungkinan Bruno Manser jatuh di sisi gunung, tetapi mayatnya dan barang-barangnya tidak dijumpai, setelah ekspedisi pencarian tidak membuahkan hasil maka Mahkamah civilized lain mengisyaratkan untuk memberhentikan pencarian dan menetapkan Bruno Manser meninggal secara sah pada 10 Maret 2015.

Penyebab menghilangnya Bruno Mars di hutan Borneo sampai sekarang masih menjadi misteri dan ada yang mengatakan hilangnya Bruno Manser dilatar belakangi konspirasi politik, tapi tidak ada yang tahu pasti tentang kebenarannya. Kisah nyata perjalanan Bruno Manser ini didokumentasikan dalam sebuah film dokumenter the story of Bruno Manser.

Komentar

Muhammad Rizal mengatakan…
Terimakasih artikel sangat bermanfaat,
jangan lupa juga kunjungi http://bit.ly/reset-keyword-google-planner
http://bit.ly/restful-api-php-oop
Bang Arief mengatakan…
sama-sama, baik
Bang Arief mengatakan…
nga bisa di buka bang,
keterangannya :
Something's wrong here.

This is a 404 error, which means you've clicked on a bad link or entered an invalid URL. Maybe what you are looking for can be found at Bitly.com. P.S. Bitly links are case sensitive.

Postingan populer dari blog ini

Kisah Mualaf Putra Sulung BOS FERRARI dan Juventus Edoardo Agnelli

Sebuah fakta baru terungkap dari lingkaran keluarga konglomerat Italia Gianni Agnelli, seperti diketahui adalah pemilik dua brand olahraga dunia yaitu klub sepakbola Juventus dan tim Formula One Ferrari. Selain itu ia juga memiliki brand otomotif merk Fiat, terlepas dari cerita mega itu putra sulungnya Edoardo Agnelli memiliki cerita yang memilukan. Edoardo yang pernah menjadi petinggi Juventus itu memilih keluar dari lingkaran kehidupan keluarganya dengan menjadi mualaf, tak banyak orang tahu siapa Edoardo, Edoardo sebenarnya sudah terbiasa dengan beberapa hal semisal bisnis sepakbola dan otomotif, Edoardo tak seperti sang ayah yang dikenal sebagai pebisnis ulung dan ahli bernegosiasi. Edoardo lebih senang menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku filsafat hingga tertarik dengan hal mistis yang pada akhirnya membawa Edoardo memilih untuk menjalani pendidikannya di Princeton University New Jersey Amerika Serikat, disini Edoardo memperdalam ketertarikannya tentang sastra filsafat d

4 Anak Band yang Hijrah dan Jadi Pendakwah

Hai guys gimana kabarnya semua, semoga tetap sehat walafiat semua, Aamiin, kali ini saya akan merangkum kisah anak band yang memutuskan untuk berhijrah dan meninggalkan masa lalu yang kelam, riang penuh dengan pernak-pernik keindahan duniawi, langkah terpuji tersebut tidak hanya membuatnya menjadi seorang hamba yang lebih baik, tetapi juga mengantarkan mereka terus memperdalam ilmu agama, hal itu juga ternyata membuat mereka tergugah hatinya menjadi seorang pendakwah, yang pertama : 1. Teguh Permana, band yang dahulu sangat familiar dengan lagu-lagunya yang menarik dan menggugah hati setiap pendengarnya, tiba-tiba menghilang bagaikan ditelan bumi, tidak munculnya kembali sang vokalis Vagetoz ini rupanya bukan tiada alasan, ternyata karena sang vokalis menemukan jalan terang mengantarkan penyanyi yang dikenal lewat lagunya yang berjudul saat kau pergi dan kehadiranmu ini menuju jalan hijrah. Hidayat telah merubah pria asal Sukabumi Jawa Barat ini menjadi sosok yang lebih baik dan san